Pages

11.26.2012

Samarinda yang mulai terbiasa

Samarinda yang mulai terbiasa

Pukul 07.00 pagi, jembatan kebanggan warga samarinda ini sudah bekerja ekstra berat, membiarkan tubuhnya dilewati sekian banyak kendaraan, baik beroda 2 hingga beroda 10 yang berebut untuk segera tiba di seberang. Jembatan Mahakam semakin menua belakangan ini. Saudara jauhnya yang baru beberapa tahun mulai beroperasi terlihat justru lebih santai , padahal umurnya jauh lebih muda. Entah apa yang menyebabkan warga Samarinda enggan melewati Jembatan Mahulu untuk menyeberang. Oh, mungkin akses jalan yang tak kunjung rampung, mungkin. 

Keriuhan pukul 07.00 pagi ini tidak akan surut hingga berakhirnya waktu dhuha. Ia hanya dapat berisitirahat beberapa jam, karena pukul 16.00 ia kembali dipaksa meluruskan punggungnya untuk dilewati mereka yang selesai beraktifitas di kota. Antrian yang jauh lebih panjang dari pagi hari, mengharuskan para Polantas turun tangan, meski tidak jarang malah menambah kemacetan. Suara klakson dari pengendara yang tidak memilki stok sabar melimpah, akan membuat antrian panjang ini terasa semakin menjengkelkan.  Seandainya diadakan survey tentang tingkat stress warga Samarinda yang harus melewati kemacetan ini setiap hari, mungkin hasilnya akan mencengangkan. 

Kota Samarinda sudah banyak berubah, begitupun warganya. Di sadari atau tidak, kita mulai terbiasa dengan banjir, dengan sampah dan dengan macet. Kita mulai beradaptasi dengan itu semua. Dan adaptasi ini membuat kita menjadi maklum. Hal ini berbahaya, karena bila kita sudah maklum maka tidak akan ada upaya untuk memperbaiki situasi ini. 

Rumah terasa lebih jauh kini, bukan karena jaraknya yang bertambah, tapi karena perhentian yang  tidak hanya di lampu merah. Hampir di setiap jalan utama terjadi penumpukan kendaraan. Belum lagi saat aliran listrik terputus, maka semrawutnya lalu lintas akan semakin menjadi. Pengalihan jalan tidak banyak membantu. 

Berita baiknya, sepertinya Samarinda  sudah pantas mendapat gelar Kota Metropolitan. Karakteristik kota Metropolitan satu persatu sudah mulai dipenuhi. Di awali dengan banyaknya pusat perbelanjaan, kemudian banjir, yang bahkan terjadi pada saat hujan rintik. Dan tentu saja yang terakhir macet.  

Lantas, apa yang harusnya kita lakukan sebagai upaya perbaikan?

Tidak harus berupa demo anarkis, cacian dan makian pada pemerintah yang terkesan lamban, cukup dengan menjadi warga yang cerdas dan kritis. Misalnya dengan tidak menabrak lampu merah, hal kecil memang, tapi ini bentuk kepedulian, tidak hanya pada keselamatan diri sendiri tapi juga orang lain. Dengan memaksimalkan jumlah penumpang untuk kendaraan pribadi, atau dengan naik kendaraan umum di waktu-waktu tertentu. Bicara soal kendaraan umum, peran pemerintah selaku pembuat dan pengambil kebijakan sangat penting, dengan memperbaiki sistem trayek angkutan kota misalnya, memberikan penyuluhan tentang pemeliharaan kendaraan, serta membuat peraturan tentang standar fasilitas yang harus dimiliki angkutan umum, yang akan menambah kenyamanan bagi pengguna, sehingga masyarakat tidak ragu untuk naik kendaraan umum. Bisa juga dilakukan dengan bekerjasama dengan juragan angkot untuk sistem pembayaran upah para sopir, agar pelayanan pada penumpang semakin baik.

Mengenai angkutan umum ini pun nantinya akan berkaitan dengan fasilitas jalan raya yang memadai. Bagaimana mungkin kenyamanan akan didapat bila fasilitas jalan raya dikerjakan sekenanya. Pemerintah seharusnya tidak lepas tangan atau melupakan monitoring dan evaluasi pada setiap proyek jalan. Contoh kecil bentuk ketidakpedulian kontraktor dan tidak adanya monitoring dari pemerintah adalah material pembuatan jalan yang ditempatkan di trotoar, bahkan sampai memenuhi sisi badan jalan. Hal ini sangat mengganggu kenyamanan pengguna jalan, dan juga menambah kemacetan. Selain itu , proses pengecoran dan pengaspalan yang dilakukan pada jam-jam sibuk, semakin membuat semrawut.

Masyarakatpun tidak seharusnya hanya diam dan terima jadi dengan pelayanan yang tidak nyaman ini. Contohnya tentang lampu lalu lintas yang sering tidak berfungsi. Sebagai masyarakat yang peduli, kita harusnya melaporkan ini pada dinas terkait, seperti polantas atau dinas perhubungan atau DLLAJ, agar segera diperbaiki.  

Semua pihak harus turut serta dalam perbaikan kota ini, agar kita semakin nyaman dan kota kita semakin layak huni. Tidak hanya menjadi kota metropolitan yang penuh sesak, tapi kota metropolitan yang rapi dan nyaman.

SNBA

0 comments:

Post a Comment