Samarinda yang mulai terbiasa
Pukul 07.00 pagi, jembatan kebanggan warga samarinda ini
sudah bekerja ekstra berat, membiarkan tubuhnya dilewati sekian banyak
kendaraan, baik beroda 2 hingga beroda 10 yang berebut untuk segera tiba di seberang.
Jembatan Mahakam semakin menua belakangan ini. Saudara jauhnya yang baru
beberapa tahun mulai beroperasi terlihat justru lebih santai , padahal umurnya
jauh lebih muda. Entah apa yang menyebabkan warga Samarinda enggan melewati
Jembatan Mahulu untuk menyeberang. Oh, mungkin akses jalan yang tak kunjung
rampung, mungkin.
Keriuhan pukul 07.00 pagi ini tidak akan surut hingga
berakhirnya waktu dhuha. Ia hanya dapat berisitirahat beberapa jam, karena
pukul 16.00 ia kembali dipaksa meluruskan punggungnya untuk dilewati mereka yang
selesai beraktifitas di kota. Antrian yang jauh lebih panjang dari pagi hari,
mengharuskan para Polantas turun tangan, meski tidak jarang malah menambah
kemacetan. Suara klakson dari pengendara yang tidak memilki stok sabar
melimpah, akan membuat antrian panjang ini terasa semakin menjengkelkan. Seandainya diadakan survey tentang tingkat
stress warga Samarinda yang harus melewati kemacetan ini setiap hari, mungkin
hasilnya akan mencengangkan.
Kota Samarinda sudah banyak berubah, begitupun warganya. Di
sadari atau tidak, kita mulai terbiasa dengan banjir, dengan sampah dan dengan
macet. Kita mulai beradaptasi dengan itu semua. Dan adaptasi ini membuat kita
menjadi maklum. Hal ini berbahaya, karena bila kita sudah maklum maka tidak
akan ada upaya untuk memperbaiki situasi ini.
Rumah terasa lebih jauh kini, bukan karena jaraknya yang
bertambah, tapi karena perhentian yang
tidak hanya di lampu merah. Hampir di setiap jalan utama terjadi
penumpukan kendaraan. Belum lagi saat aliran listrik terputus, maka semrawutnya
lalu lintas akan semakin menjadi. Pengalihan jalan tidak banyak membantu.
Berita baiknya, sepertinya Samarinda sudah pantas mendapat gelar Kota
Metropolitan. Karakteristik kota Metropolitan satu persatu sudah mulai
dipenuhi. Di awali dengan banyaknya pusat perbelanjaan, kemudian banjir, yang bahkan
terjadi pada saat hujan rintik. Dan tentu saja yang terakhir macet.
Lantas, apa yang harusnya kita lakukan sebagai upaya
perbaikan?
Tidak harus berupa demo anarkis, cacian dan makian pada
pemerintah yang terkesan lamban, cukup dengan menjadi warga yang cerdas dan
kritis. Misalnya dengan tidak menabrak lampu merah, hal kecil memang, tapi ini
bentuk kepedulian, tidak hanya pada keselamatan diri sendiri tapi juga orang
lain. Dengan memaksimalkan jumlah penumpang untuk kendaraan pribadi, atau
dengan naik kendaraan umum di waktu-waktu tertentu. Bicara soal kendaraan umum,
peran pemerintah selaku pembuat dan pengambil kebijakan sangat penting, dengan
memperbaiki sistem trayek angkutan kota misalnya, memberikan penyuluhan tentang
pemeliharaan kendaraan, serta membuat peraturan tentang standar fasilitas yang
harus dimiliki angkutan umum, yang akan menambah kenyamanan bagi pengguna,
sehingga masyarakat tidak ragu untuk naik kendaraan umum. Bisa juga dilakukan
dengan bekerjasama dengan juragan angkot untuk sistem pembayaran upah para
sopir, agar pelayanan pada penumpang semakin baik.
Mengenai angkutan umum ini pun nantinya akan berkaitan
dengan fasilitas jalan raya yang memadai. Bagaimana mungkin kenyamanan akan
didapat bila fasilitas jalan raya dikerjakan sekenanya. Pemerintah seharusnya
tidak lepas tangan atau melupakan monitoring dan evaluasi pada setiap proyek
jalan. Contoh kecil bentuk ketidakpedulian kontraktor dan tidak adanya
monitoring dari pemerintah adalah material pembuatan jalan yang ditempatkan di
trotoar, bahkan sampai memenuhi sisi badan jalan. Hal ini sangat mengganggu
kenyamanan pengguna jalan, dan juga menambah kemacetan. Selain itu , proses
pengecoran dan pengaspalan yang dilakukan pada jam-jam sibuk, semakin membuat
semrawut.
Masyarakatpun tidak seharusnya hanya diam dan terima jadi
dengan pelayanan yang tidak nyaman ini. Contohnya tentang lampu lalu lintas
yang sering tidak berfungsi. Sebagai masyarakat yang peduli, kita harusnya
melaporkan ini pada dinas terkait, seperti polantas atau dinas perhubungan atau
DLLAJ, agar segera diperbaiki.
Semua pihak harus turut serta dalam perbaikan kota ini, agar
kita semakin nyaman dan kota kita semakin layak huni. Tidak hanya menjadi kota
metropolitan yang penuh sesak, tapi kota metropolitan yang rapi dan nyaman.
SNBA
0 comments:
Post a Comment