5cm,
Selamat bernafas gratis kawan, dan keindahannya tidak untuk dibawa pulang, cukup disimpan didalam ingatan, bila rindu, pejamkan mata dan pusatkan fikiran, maka ia akan kembali terlihat dipandangan.
aku memilih (terpaksa memilih) duduk di kursi c1 urutan kedua dari atas, awalnya berharap untuk duduk di B1, tapi tak mengapa. menonton film ini sendiri, emang sudah diniatkan, segepok cemilan udah dimasukkan ke dalam ransel angry bird kesayangan. usai laporan wajib pada yang punya jiwa, meluncur bareng mumu dengan kecepatan rata-rata (rata-rata orang kalo kebelet).
aih, tak ingin bersikap dingin sebenarnya , pada tawaran seorang teman , tapi, aku memang ingin menyaksikan sendiri film ini, membuang penat sejenak, tidak terganggu dengan obrolan orang-orang.
5cm, dibuka dengan narasi tentang para tokoh , 5 orang sahabat, ah melemparku pada bayangan orang-orang yang begitu dekat, yang bisa dibilang sahabat, atau mungkin bukan sahabat, atau hanya temen nongkrong, atau mungkin teman semu, jika boleh dibilang demikian.
cerita awal tentang eratnya hubungan persahabatan, dimana hampir tidak ada sepekan pun waktu yang tidak dihabiskan bersama, kemudian membuat mereka merasa kalo mereka tidak punya teman lain selain mereka ber-5 saja, kejenuhan.
sampai disini aku kembali membayangkan wajah orang-orang disekitarku, kemudian mulai mengklasifikasi. aku mungkin satu-satunya orang yang menganggap berat setiap hubungan pertemanan, karena hakikatnya aku gak suka sendirian, aku suka berada dikeramaian. mulai memilah-milah, memasukkan satu, dua nama kedalam kotak terpisah.
genta (salah satu dari mereka) akhirnya berkata, mungkin mereka butuh waktu untuk tidak saling berjumpa dulu, tidak telp, tidak sms, tidak berhubungan sama sekali dalam kurun waktu tertentu. 3 bulan, keputusan mereka kemudian.
aku kembali menyisir kehidupan pertemanan ku, mungkin ini juga perlu dilakukan pada sebagian teman yang terlalu dekat. memudahkan untuk menetapkan hati. apakah kita akan saling rindu bila jauh, atau kehidupan akan terasa sama saja, hanya rindu sejenak karena tak bisa berjumpa, kemudian pergi bersama tawa kita dengan teman-teman yang lain. dan aku belum merasakan rindu itu sampai kini, bahkan aku merasa lebih baik.
tak ingin jahat, tapi kata 'teman' harus lebih dimaknai dengan dalam, ia tak hanya orang yang sering kita jumpai, orang yang sering makan siang bareng, nonton bareng dan hal-hal bareng lainnya , it’s beyond. Ah , aku mungkin yang terlalu dramatic, melankolik, lebay kata generasi sekarang, santai aja, oppss sorry I can’t.
selama masa ‘perpisahan’ semuanya sibuk dengan dunianya masing-masing, mengejar mimpi masing-masing, yang mungkin sulit diraih saat mereka masih bersama, well , make sense.
That’s what I’m doing, casenya mungkin sedikit berbeda, mereka tidak berpisah karena konflik (like me), tapi mereka berpisah karena ingin memastikan mereka memang sahabat (in my opinion) selain karena ingin mencoba hal baru dalam hubungan mereka yang ‘terlihat’ monoton.
Ah, sekali lagi mungkin aku yang terlalu menganggapnya berat, selalu melibatkan unsur hati dalam setiap pertemanan, sehingga membuat sayang, dan ketika sayang, memberikan dan menginginkan hal-hal yang berlebihan *tepok Jidat*
Pertemuan pertama di stasiun kereta, yah pelampiasan rindu, saling memeluk hangat.
Aku tak pernah merasa demikian pada mu, aneh.
Menginjak puncak mahameru, menjadi perjalan reuni atas 3 bulan perpisahan panjang.
Ah, film ini, memanjakan mata dengan keelokan bumi nusantara, membuat kita bangga jadi bagian dari negeri berlimpah pesona.
Aku kemudian jatuh cinta, pada danau yang mereka bilang, surganya mahameru. Membulatkan tekad, untuk setidaknya berada disana, sekali saja before my 30.
Mendaki, tidak pernah mudah memang, tapi disitu letak kelezatannya, ke_tidak_mudah_an. Begitu tiba di puncak, mereka dan aku (dibangku c1) merasa begitu dekat dengan Tuhan, meski kadang tidak perlu mendaki hanya untuk merasakan itu, tapi manusia lebih sering butuh yang tampak nyata untuk membuatnya ingat bahwa Tuhan memang dekat.
Tetesan air mata, saat member kesaksian didepang sangsaka, aihh, di pojok c1, ada tetesan air mata yang sama, kawan.
Film ini, mengajarkan ku, bahwa ya kita bukan teman. Kita hanya dua orang yang saling mengenal, membagi sekelumit hari di masa perkuliahan, pekerjaan, dan hari-hari setelahnya, tidak ada yang special, meski dulu aku menganggapnya demikian.
Selamat bernafas gratis, sedikit penyesalan atas terbuangnya waktu percuma, tapi menyesali saja tidak akan membuat waktu kembali dan berulang. Sekarang, melangkah sendiri – sendiri adalah pilihan (ku) , bukan berarti membenci.
SNBA